Waduk Gunung Rowo di Desa Sitiluhur Kecamatan Gembong Kabupaten Pati


Rabu, 09 Agustus 2017

Membuat Film dan tahapannya

Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film. Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan, dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. 

 Dalam produksi film sangat erat kaitannya dengan kerabat kerja atau tim atau crew pelaksana pembuatan film dan deskripsi kerjanya masing-masing. Adapun tim tersebut dapat terdiri atas : 

Produser
Sebutan ini untuk orang yang memproduksi sebuah film tetapi bukan dalam arti membiayai atau menanamkan investasi dalam sebuah produksi. Tugas seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi dengan anggaran yang telah disetujui oleh executive producer. Dalam menjalankan tugasnya produser di bantu oleh asst. Produser. 


Sutradara atau Director
Orang yang mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan bertanggung jawab untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan produser. 


Asst. Director : Seorang asisten sutradara film yang memperhatikan administrasi, hal yang penting sehingga departemen produksi selalumengetahui perkembangan terbaru proses pengambilan film. Ia bertanggung jawab akan kehadiran aktor/aktris pada saat dan tempat yang tepat, dan juga untuk melaksanakan instruksi sutradara. 


Art Director
Pengarah artistik dari sebuah produksi.


Floor Director
Seseorang yang bertanggungjawab membantu mengkomunikasikan keinginan sutradara dari master control ke studio produksi.


Script Writer
Bertugas membuat Ide cerita, Pencetus atau pemilik ide cerita pada naskah film. 


Penulis scenario
Bertugas menterjemahkan ide cerita ke dalam bahasa visual gambar atau skenario. 


Cinematographer (Sinematografer)

Penata Fotografi. Orang yang melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan dan fotografi adegan. Sinematografer yang kreatif juga akan membantu sutradara dalam memilih sudut, penyusunan, dan rasa dari pencahayaan dan kamera. 


Cameramen
Bertugas mengambil gambar atau mengoperasikan kamera saat shooting.
- First Cameraman sering disebut sebagai Penata Fotografi (Director of Photography) atau kepala kameramen, bertanggung jawab terhadap pergerakan dan penempatan kamera dan juga pencahayaan dalam suatu adegan. Kecuali dalam unit produksi yang kecil, Penata Fotografi tidak melakukan pengoperasian kamera selama syuting yang sesungguhnya.
- Second Cameraman sering disebut sebagai asisten kameramen atau operator kamera, bertindak sesuai instruksi dari kameramen utama dan melakukan penyesuaian pada kamera atau mengoperasikan kamera selama syuting.
- First Assistant Cameramen sering disebut Kepala Asisten untuk pada operator kamera. Seringkali bertanggung jawab untuk mengatur fokus kamera (untuk kamera film)
- Second Assistant Cameraman, menjadi asisten operator kamera.
Lighting : Bertugas mengatur Tata cahaya ( pencahayan dalam produksi film. 


Tata musik (Music Director) : Bertugas membuat atau memilih musik yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi 


Tata Suara dan Sound Recorder
Bertugas membuat atau memilih atau merekam suara dan efek suara yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film. 


Film Costume Designer : Bertugas membuat atau memilih kostum atau pakaian yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.

Make up Artist
Bertugas mengatur make up yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.
Tata Artistik atau Artistic Director : Bertugas membuat dan mengatur latar dan setting yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film. 


Editor : Bertugas melakukan editing pada hasil pengambilan gambar dalam produksi film. 


Kliper : Bertugas memberi tanda pengambilan shot dalam produksi film. 


Script Supervisor, Script Clerk atau Pencatat Adegan : Bertanggungjawab untuk mencatat seluruh adegan dan pengambilan gambar yang diproduksi. termasuk semua informasi yang diperlukan seperti durasi, arah gerakan, pengarahan mimik wajah, penempatan aktor/aktris dan properti, serta gerakan fisik yang harus disesuaikan aktor/aktris dalam semua cakupan yang berurutan untuk kemungkinan pengambilan gambar ulang. Semua informasi ini dimasukkan dalam salinan naskah milik supervisi naskah dan digunakan oleh editor ketika tahap editing. Dalam salinan ini juga dimasukkan catatan dari sutradara untuk editor. 


Casting : Bertugas mencari dan memilih pemain yang sesuai ide cerita dalam produksi film. 


Agent (Agent Model) : Seseorang yang dipekerjakan oleh satu atau lebih talent agency atau serikat pekerja untuk mewakili keanggotaan mereka dalam berbegosiasi kontrak individual yang termasuk gaji, kondisi kerja, dan keuntungan khusus yang tidak termasuk dalam standard guilds atau kontrak serikat kerja. Orang ini diharapkan oleh para aktor/aktris untuk mencarikan mereka pekerjaan dan membangun karir mereka. 


Art Departement
Bagian artistik. Bertanggung jawab terhadap perancang set film. Seringkali bertanggung jawab untuk keseluruhan desain priduksi. Tugasnya biasanya dilaksanakan dengan kerjasama yang erat dengan sutradara dan cameraman.

Dialogue Coach or Dialogue Director
Orang dalam set yang bertanggung jawab membantu para aktor/aktris dalam mempelajari kalimat mereka selama pembuatan film. Mungkin juga membantu pengaturan dialog saat.
Green Departement : Bertanggungjawab untuk menyediakan pepohonan, semak, bunga, rumput, dan benda-benda hidup lainnya baik yang asli maupun buatan. 


TAHAP PRA PRODUKSI
A. ANALISIS IDE CERITA
Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film. Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan, dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. Jika tujuan telah ditentukan maka semua detail cerita dan pembuatan film akan terlihat dan lebih mudah. Jika perlu diadakan observasi dan pengumpulan data dan faktanya. Bisa dengan membaca buku, artikel atau bertanya langsung kepada sumbernya. Ide film dapat diperoleh dari berbagai macam sumber antara lain:
Pengalaman pribadi penulis yang menghebohkan.
Percakapan atau aktifitas sehari-hari yang menarik untuk difilmkan.
Cerita rakyat atau dongeng.
Biografi seorang terkenal atau berjasa.
Adaptasi dari cerita di komik, cerpen, atau novel.
Dari kajian musik, dll 


B. MENYIAPKAN NASKAH SKENARIO
Jika penulis naskah sulit mengarang suatu cerita, maka dapat mengambil cerita dari cerpen, novel ataupun film yang sudah ada dengan diberi adaptasi yang lain. Setelah naskah disusun maka perlu diadakan Breakdown naskah. Breakdown naskah dilakukan untuk mempelajari rincian cerita yang akan dibuat film. 


C. MEREKRUT PEKERJA FILM ( CREW )
Menyeleksi kru dari tiap departemen.
Menentukan kru dari hasil show reel ( report produksi).
Menetapkan komposisi kru berdasarkan anggaran.
Menyusun tim produksi.

a. Tim Non Artistik yang meliputi :
Producer
Executive Producer
Line Producer
Production Manager dan Unit Manager

b. Tim Artistik yang meliputi
Sutradara, Asisten Sutradara dan Pencatat Skrip
Penata Kamera, Asisten Kamera dan Still Photo
Penata Artistik, Penata Rias dan Busana
Penata Lampu
Penata Suara da Penata Musik
Penata Editing 


D. MENYUSUN JADWAL DAN BUDGETING
Jadwal atau working schedule disusun secara rinci dan detail, kapan, siapa saja , biaya dan peralatan apa saja yang diperlukan, dimana serta batas waktunya. Termasuk jadwal pengambilan gambar juga, scene dan shot keberapa yang harus diambil kapan dan dimana serta artisnya siapa. Lokasi sangat menentukan jadwal pengambilan gambar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusun alokasi biaya:
Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain.
Penyediaan kaset video.
Penyediaan CD blank sejumlah yang diinginkan.
Penyediaan property, kostum, make-up.
Honor untuk pemain, konsumsi.
Akomodasi dan transportasi.
Menyewa alat jika tidak tersedia.  


E. HUNTING LOKASI
Memilih dan mencari lokasi/setting pengambilan gambar sesuai naskah. Untuk pengambilan gambar di tempat umum biasanya memerlukan surat ijin tertentu. Akan sangat mengganggu jalannya shooting jika tiba-tiba diusir dipertengahan pengambilan gambar karena tidak memiliki ijin.
Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai resiko seperti akomodasi, transportasi, keamanan saat shooting, tersedianya sumber listrik, dll. Setting yang telah ditentukan skenario harus betul-betul layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Jika biaya produksi kecil, maka tidak perlu tempat yang jauh dan memakan banyak biaya. 


F. MENYIAPKAN KOSTUM DAN PROPERTY
Memilih dan mencari pakaian yang akan dikenakan tokoh cerita beserta propertinya. Kostum dapat diperoleh dengan mendatangkan desainer khusus ataupun cukup membeli atau menyewa namun disesuaikan dengan cerita skenario. Kelengkapan produksi menjadi tanggung jawab tim property dan artistik.


G. MENYIAPKAN PERALATAN
Untuk mendapatkan hasil film/video yang baik maka diperlukan peralatan yang lengkap dan berkualitas. Peralatan yang diperlukan (dalam film minimalis) :
Clipboard.
Proyektor.
Lampu.
Kabel Roll.
TV Monitor.
Kamera video S-VHS atau Handycam.
Pita/Tape.
Mikrophone clip-on wireless.
Tripod Kamera.
Tripod Lampu. 


H. CASTING PEMAIN
Memilih dan mencari pemain yang memerankan tokoh dalam cerita film. Dapat dipilih langsung ataupun dicasting terlebih dahulu. Casting dapat diumumkan secara luas atau cukup diberitahu lewat rekan-rekan saja. Pemilihan pemain selain diperhatikan dari segi kemampuannya juga dari segi budget/pembiayaan yang dimiliki.


TAHAP PRODUKSI
Produksi adalah proses yang paling menentukan keberhasilan penciptaan sebuah karya film. proses yang dalam kata lain bisa disebut dengan shooting (pengambilan gambar) ini dipimpin oleh seorang sutradara, orang yang paling bertanggung jawab dalam proses ini. orang yang ikut dalam proses ini antara lain kameraman atau DOP (Director Of Photography) yang mengatur cahaya, warna, dan merekam gambar. Artistik yang mengatur set, make up, wardrobe dan lain sebagainya. dan Soundman yang merekam suara.

Tahapan ini dimana hampir seluruh team work mulai bekerja. Seorang sutradara, produser atau line produser sangat dituntut kehandalannya untuk mengatasi kru dalam tiap tahap ini. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan adalah :

A. MANAJEMEN LAPANGAN
Manajemen lapangan mencakup beberapa hal, yaitu:
• Manajemen lokasi ( perijinan, keamanan, keselamatan )
• Talent koordinasi ( koordinasi kostum, make up dll )
• Manajemen waktu ( koordinasi konsumsi, kecepatan kerja, penyediaan alat )
• Crew koordinasi ( koordinasi para kru )

Attitude dalm bekerja merupakan hal yang sangat penting. Kesabaran, pengertian dan kerjasama merupakan attitude yang diperlukan untuk mencapai sukses. Berdoa sebelum bekerja dan briefing sebelum memulai merupakan hal yang baik untuk menyatukan semangat, visi dan attitude yang diinginkan. Jangan pernah kehilangan control emosi pada saat syuting. Apalagi semua bekerja dengan keterbatasan waktu.

B. KEGIATAN SHOOTING
Tahap ini adalah tahap dimana kepiawaian sutradara, DOP, dan kru sangat menentukan. Kualitas gambar adalah selalu ingin kita capai. Oleh karena itu penguasaan kamera dan ligthing sangatlah penting. Untuk mencapai hasil maksimal dengan alat yang kita gunakan, ada beberapa hal yang harus kita ketahui.

1. Shooting Outdoor
Shooting outdoor biasa menekan budget, namun harus berhati-hati melakukannya karena sangat bergantung dari keadaan cuaca saat syuting dilakukan. Beberapa yang harus dipersiapkan saat syuting outdoor adalah :
· cahaya matahari ( hard, soft )
· reflector ( silver, gold )
· hujan buatan
· camera setting ( irish, speed, white balance, focus)
· crowd control ( working with ekstras )

2. Shooting Indoor
Shooting indoor lebih cepat terkontrol daripada shooting outdoor, namun dibutuhkan peralatan yang cukup lengkap. Antara lain :
penggunaan lighting sederhana
· penggunaan filter
· make up
· pemilihan back ground
· monitor

3. Visual Efek
Beberapa trik mudah untuk dilakukan untuk membuat video kelihatan lebih menarik antara lain dengan :
· reserve motion
· fast motion ( normal lipsync )
· slow motion (normal lipsync )
· crhoma key ( blue screen )

Beberapa hal lain pada saat produksi yang juga perlu untuk diperhatikan yaitu :
• makan/ logistik
• sewa peralatan
• film
• transportasi
• akomodasi
• telekomunikasi
• dokumentasi
• medis


C. TATA SETTING
Set construction merupakan bagunan latar belakang untuk keperluan pengambilan gambar. Setting tidak selalu berbentuk bangunan dekorasi tetapi lebih menekankan bagaimana membuat suasana ruang mendukung dan mempertegas latar peristiwa sehingga mengantarkan alur cerita secara menarik.


D. TATA SUARA
Untuk menghasilkan suara yang baik maka diperlukan jenis mikrofon yang tepat dan berkualitas. Jenis mirofon yang digunakan adalah yang mudah dibawa, peka terhadap sumber suara, dan mampu meredam noise (gangguan suara) di dalam dan di luar ruangan.


E. TATA CAHAYA
Penataan cahaya dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya keualitas teknik film tersebut. Seperti fotografi, film juga dapat diibaratkan melukis dengan menggunakan cahaya. Jika tidak ada cahaya sedikitpun maka kamera tidak akan dapat merekam objek.
Penataan cahaya dengan menggunakan kamera video cukup memperhatikan perbandingan Hi light (bagian ruang yang paling terang) dan shade (bagian yang tergelap) agar tidak terlalu tinggi atau biasa disebut hight contrast. Sebagai contoh jika pengambilan gambar dengan latar belakang lebih terang dibandingkan dengan artist yang sedang melakukan acting, kita dapat gunakan reflektor untuk menambah cahaya.
Reflektor dapat dibuat sendiri dengan menggunakan styrofoam atau aluminium foil yang ditempelkan di karton tebal atau triplek, dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Perlu diperhatikan karakteristik tata cahaya dalam kaitannya dengan kamera yang digunakan. Lebih baik sesuai ketentuan buku petunjuk kamera minimal lighting yang disarankan. Jika melebihi batasan atau dipaksakan maka gambar akan terihat seperti pecah dan tampak titik-titik yang menandakan cahaya under.
Perlu diperhatikan juga tentang standart warna pencahayaan film yang dibuat yang disebut white balance. Disebut white balance karena memang untuk mencari standar warna putih di dalam atau di luar ruangan, karena warna putih mengandung semua unsur warna cahaya.


F. TATA KOSTUM (WARDROBE)
Pakaian yang dikenakan pemain disesuaikan dengan isi cerita. Pengambilan gambar dapat dilakukan tidak sesuai nomor urut adegan, dapat meloncat dari scene satu ke yang lain. Hal ini dilakukan agar lebih mudah, yaitu dengan mengambil seluruh shot yang terjadi pada lokasi yang sama. Oleh karenanya sangat erlu mengidentifikasi kostum pemain. Jangan sampai adegan yang terjadi berurutan mengalami pergantian kostum. Untuk mengantisipasinya maka sebelum pengambilan gambar dimulai para pemain difoto dengan kamera digital terlebih dahulu atau dicatat kostum apa yang dipakai. Tatanan rambut, riasan, kostum dan asesoris yang dikenakan dapat dilihat pada hasil foto dan berguna untuk shot selanjutnya.


G. TATA RIAS
Tata rias pada produksi film berpatokan pada skenario. Tidak hanya pada wajah tetapi juga pada seluruh anggota badan. Tidak membuat untuk lebih cantik atau tampan tetapi lebih ditekankan pada karakter tokoh. Jadi unsur manipulasi sangat berperan pada teknik tata rias, disesuaikan pula bagaimana efeknya pada saat pengambilan gambar dengan kamera. Membuat tampak tua, tampak sakit, tampak jahat/baik, dll.


TAHAP PASCA PRODUKSI
A. PROSES EDITING

Secara sederhana, proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam kegiatan ini seorang editor akan merekonstruksi potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera.
Tugas editor antara lain sebagai berikut:
Menganalisis skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai kontruksi dramatinya.
Melakukan pemilihan shot yang terpakai (OK) dan yang tidak (NG) sesuai shooting report.
Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara.
Berkonsultasi dengan sutradara atas hasil editingnya.
Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diserahkan kepadanya untuk keperluan editing. 


B. REVIEW HASIL EDITING
Setelah film selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah pemutaran film tersebut secara intern. Alat untuk pemutaran film dapat bermacam-macam, dapat menggunakan VCD/DVD player dengan monitor TV, ataupun dengan PC (CD-ROM) yang diproyeksikan dengan menggunakan LCD (Light Computer Display). Pemutaran intern ini berguna untuk review hasil editing. Jika ternyata terdapat kekurangan atau penyimpangan dari skenario maka dapat segera diperbaiki. Bagaimanapun juga editor juga manusia biasa yang pasti tidak luput dari kelalaian. Maka kegiatan review ini sangat membantu tercapainya kesempurnaan hasil akhir suatu film.


C. PRESENTASI DAN EVALUASI
Setelah pemutaran film secara intern dan hasilnya dirasa telah menarik dan sesuai dengan gambaran skenario, maka film dievaluasi bersama-sama dengan kalangan yang lebih luas. Kegiatan evaluasi ini dapat melibatkan :
Ahli Sinematografi : Untuk mengupas film dari segi atau unsur dramatikalnya.
Ahli Produksi Film : Untuk mengupas film dari segi teknik, baik pengambilan gambar, angle, teknik lighting, dll.
Ahli Editing Film (Editor) : Untuk mengupas dari segi teknik editingnya.
Penonton/penikmat film : Penonton biasanya dapat lebih kritis dari para ahli atau pekerja film. Hal ini dikarenakan mereka mengupas dari sudut pandang seorang penikmat film yang mungkin masih awam dalam pembuatan film. (dari Samudera Teater Films)

Selasa, 18 Juli 2017

MODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran utama (Permendikbud No. 103 Tahun 2014) yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan.
Ketiga model tersebut adalah:
1.    Pembelajaran Melalui Penyingkapan Penemuan (Discovery /Inquiry Learning)
2.    Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
3.    Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning)

Disamping 3 model pembelajaran di atas dapat juga dikembangkan model pembelajaran  sesuai dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan yaitu:

4.    Pembelajaran Berbasis Produksi (Production Based Education) (PBE)
Tidak semua model pembelajaran tepat digunakan untuk semua KD/materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu. Oleh karenanya guru harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning).

•    Rambu-rambu penentuan model penyingkapan/penemuan:
a.    Pernyataan KD-3 dan KD-4 mengarah ke pencarian atau penemuan;
b.    Pernyataan KD-3 lebih menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan dimungkinkan sampai metakognitif;
c.    Pernyataan KD-4 pada taksonomi mengolah dan menalar

•    Rambu-rambu penemuan model hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning):
a.    Pernyataan KD-3 dan KD-4 mengarah pada hasil karya berbentuk jasa atau produk;
b.    Pernyataan KD-3 pada bentuk pengetahuan metakognitif;
c.    Pernyataan KD-4 pada taksonomi menyaji dan mencipta, dan
d.    Pernyataan KD-3 dan KD-4 yang memerlukan persyaratan penguasaan pengetahuan konseptual dan prosedural.

Masing-masing model pembelajaran tersebut memiliki urutan langkah kerja (syntax)tersendiri, yang dapat diuraikan sebagai berikut.


1.    Model Pembelajaran Penyingkapan (penemuan dan pencarian/penelitian) (Discovery Learning)(DL)
•    Siswa harus menemukan ide (atau)
•    Siswa dapat menemukan makna
Model pembelajaran penyingkapan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process, sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatingconcepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

a.    Sintak model Discovery Learning
1)   Pemberian rangsangan (Stimulation);
2)   Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
3)   Pengumpulan data (Data Collection);
4)   Pembuktian (Verification), dan
5)   Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).

b.    Sintak model Inquiry Learning Terbimbing
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice&Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya.
Sintak/tahap model inkuiri meliputi:
1)   Orientasi masalah;
2)   Pengumpulan data dan verifikasi;
3)   Pengumpulan data melalui eksperimen;
4)   Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
5)   Analisis proses inkuiri.


2.    Model Pembelajaran (Problem Based Learning) (PBL)
•    Siswa aktif memecahkan masalah kontekstual

Merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan OnnSeng, 2000).
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt).

a.    Sintak model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
1)    Mengidentifikasi masalah;
2)    Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan;
3)    Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
4)    Melakukan tindakan strategis, dan
5)    Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.
b.    Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
1)    Merumuskan uraian masalah;
2)    Mengembangkan kemungkinan penyebab;
3)    Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
4)    Mengevaluasi.

3.    Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
•    Siswa aktif membuat suatau projek
•    Membutuhkan waktu yang relatif lama


Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerjasama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron 2011).
Tujuan Project Based Learning  adalah meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).

a.    Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
1)    Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question);
2)    Mendesain perencanaan proyek;
3)    Menyusun jadwal (Create a Schedule);
4)    Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project);
5)    Menguji hasil (Assess the Outcome), dan
6)    Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

4.    Model Pembelajaran Production Based Training (PBT)
Khusus di SMK, model pembelajaran Production Based Trainig  dapat digunakan untuk mendukung pengembangan Teaching Factory pada mata pelajaran pengembangan produk kreatif. Model Pembelajaran Production Based Training merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.Tujuan penggunaan model pembelajaranPBT adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis serta kemampuan kerjasama sesuai tuntutan organisasi kerja.

a.    Sintaks/tahapan model pembelajaran Production Based Trainning meliputi:
1)    Merencanakan produk;
2)    Melaksanakan proses produksi;
3)    Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
4)    Mengembangkan rencana pemasaran.
(G. Y. Jenkins, Hospitality 2005).

Senin, 19 Juni 2017

Panduan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan V-1

DOWNLOAD Panduan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan V-1. pdf

Lihat online

Isi Data Nilai PKL. Harus diisi setelah selesai PKL.

Selasa, 18 April 2017

Balajar Fotografi dengan Kardus

Dunia foto memang asyik. apalagi untuk yang hobby photography. Melukis dengan cahaya, itu kata lain dari fotografi. Sebuah kepuasan tersendiri ketika kita bisa membuat sebuah lukisan dengan merekam cayaha yang mengenai obyek, menjadi sebuah gambar 2 demensi. Walaupun hanya 1 frame, namun terkadang sebuah foto mempunyai makna yang mendalam jika kita mengambilnya dengan komposisi, timing dan pencahayaan yang tepat. Kali ini Siswa SMK Negeri 2 Pati kelas Multimedia sedang praktek pencahayaan dengan membuat studio foto mini yang terbuat dari kardus.







Kamis, 30 Maret 2017

origami bangau pemula 1

Assalmualaikum teman-teman!
Saya akan memberikan tutorial membuat origami dari kertas. Kalau bicara mengenai kerajinan origami, kita pasti ingat Negara yang terkenal dengan Origminya yaitu Jepang. Di Jepang sangat terkenal dengan origaminya. Dan saya akan membantu kalian untuk membuat origami, dan yang akan saya berikan adalah origami berbentuk burung. Oke, kiata mulai yaa…
Siapkan kertas lipat sesuai ukuran yang anda inginkan.


1. Lipat kertas secara horizontal ataupun vertical sehingga membentuk persegi panjang.





2. Setelah itu,arahakan 4 ujung kertas menjadi satu. Dan akan menjadi sebuah belah ketupat.



   
3. Lipat ujung kertas ke tengah. Yang harus dilipat adalah sisi kertas yang dapat dibuka. Dan lipat di semua sisi.

 
4. Kemudian, lipat bagian bawah kertas yang belum dilipat ke atas kearah kertas yang sudah dilipat. Jika sudah, buka kembali lipatan kertas bagian bawah yang baru saja dilipat

 
5. Buka lipatan kertas bagian atas kebawah, sehingga akan membentuk seperti ini.

   
6. Tutup kertas kedalam sehingga membentuk seperti ini. Lipat dibagian sebaliknya dengan cara yang sama.
   
7. Lipat kedua ujung yang terpisah menjadi dua bagian yang sama. Lipat dibagian sebaliknya dengan cara yang sama.



8. Sehingga akan membentuk seperti ini.





9. Lipat bagian yang tidak terbuka keatas kearah bagian kertas yang terbuka. Lipat dibagian sebaliknya dengan cara yang sama. Sehingga membentuk seperti ini.
 


10. Buat bagian kepala dan sayap




Nah itu teman-teman, cara membuat origami berbentuk burung. Semoga dengan adanya artikel ini, dapat membantu teman-teman dalam membuatnya.

 Yaa walaupun agak sedikit susah dalam membuatnya. Karena tidak ada hal didunia yang mudah, perlu usaha dan ketekunan agar mencapai his yang baik. Maaf ya jika artikel ini kurang begitu jelas. Terima Kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
By : SMK N 2 Pati Jurusan Multimedia
Aprilia Nuraisah XID1 (05)
Citra Wisan C. N. XID1 (07)
Nur Khanafi XID1 (22)
Putri Pebriana XID1 (23)
Shalsabila Yuli R. XID1 (25)
Muh. Mirza H. XID3 (17)

Mengenal Kamera Sony HXR-MC1500

Hai sobat! Pada postingan kali ini kami akan sedikit menjelaskan tentang bagian-bagian Kamera Sony HXR-MC1500. Berikut tampilan dari Kamera Sony HXR-MC1500


Oke langsung aja ke bagian yang pertama yaitu Tombol Zoom In dan Zoom Out.
Tombol Zoom In dan Zoom Out digunakan untuk zoom in dan zoom out pada kamera ini.
Dibawah tombol Zoom In dan Zoom Out ada tombol Photo. Tombol Photo ini digunakan untuk memotret gambar yang diinginkan.


Bagian yang kedua yaitu Tombol On dan Off pada kamera. Tombol On digunakan untuk menyalakan kamera sedangkan tombol Off digunakan untuk mematikan kamera. Diantara tombol on dan off ada tombol berwana hitam dan titik merah didalamnya terdapat tombol yang digunakan untuk merekam video.


Yang ketiga adalah Microphone. Microphone pada kamera digunakan untuk merekam suara yang masuk pada kamera.


Bagian keempat adalah Tombol Zoom In dan Zoom Out serta tombol Record pada kamera. Tombol ini kegunaannya sama seperti tombol zoom in dan zoom out diatas hanyayang membedakan yaitu tombol record, pada tombol record ini digunakan untuk merekam video dan lebih memudahkan pengguna karena terletak dibagian atas.


Bagian kelima adalah lensa kamera. Lensa kamera ini memiliki Zoom Optik 12x. Tipe lensa ini adalah Sony Lens G


Bagian keenam adalah monitor. Monitor pada kamera ini digunakan untuk melihat hasil gambar atau video yang telah kita simpan.


Bagian ketujuh adalah view finder. Bagian ini digunakan melihat hasil tangkapan lensa,


Bagian kedelapan adalah slot memory. Bagian ini digunakan untuk tempat penyimpanan memori.


Bagian kesembilan adalah slot USB. Digunakan untuk menghubungkan kamera dengan PC untuk memindahkan data dari kamera ke PC

Bagian kesepuluh adalah AV Out berfungsi untuk menghubungkan kamera ke switcher yang nantinya gambar dan suara akan masuk ke kamera juga masuk ke switcher.


Bagian kesebelas adalah slot headphone digunakan untuk menghubungkan headphone dengan kamera, suara yang masuk ke kamera juga terdengar lewat headphone.


Bagian kedua belas adalah baterai. Baterai berfungsi sebagai daya agar kamera tersebut dapat menyala.


Bagian ketiga belas adalah slot charger. Slot ini digunakan untuk mencharger baterai kamera apabila baterai telah habis.


Bagian keempat belas adalah pengoperasian kamera. Tombol ini digunakan untuk mengatur dan mengoperasikan kamera.


Bagian yang terakhir adalah ring. Digunakan untuk mengatur fokus, eksposure, iris, shutter speed, aeshift, dan wb shift.

Disusun oleh :
1. Yohanes Advin K. (29/XID1)
2. Cahyo Panji K.S (09/XID3)
3. Miftahul Jannah (16/XID3)
4. Septiana Wulandari (24/XID3)
5. Sri Haryuti (25/XID3)
6. Ulfa Berlianna K (29/XID3)
7. Zul Aini Attur M (33/XID3)